Sudah 7 tahun perasaan itu mengalir begitu saja. Sudah 7
tahun perasaan itu menggerogoti hati ini. Semakin dan justru semakin dalam
perasaan ini. Apa kabarmu ? Apa kamu bahagia dengan dia ? Aku selalu berharap
bahwa kamu tidak bahagia dengan dia. Aku berharap kamu akan berbalik arah dan
berlari kearahku lagi. Tapi aku tau itu akan jadi hal yang sangat mustahil
untukku.
Tidak. Aku tidak boleh egois. Bukankah aku pernah berjanji
pada diriku sendiri, bahwa jika kamu bahagia, akupun juga akan bahagia. Mencoba
memunafikan diri ternyata memang tidak mudah. Apa selama 7 tahun ini aku masih
saja gagal melupakanmu ? Sekokoh itukah hatiku untukmu ?
Seringkali aku masih tak paham dengan maksud hatiku. Tetap
diam dan tak beranjak lagi ke lain hati. Sebenarnya sudah kucoba hingga 2 kali.
Tapi ternyata bukan mereka yang kucari. Tapi hatimu. Akupun tak paham apa mau
hati ini. Jelas-jelas hatimu sudah memiliki hati lain, tapi hatiku masih saja
menunggu. Sebentar, apa aku barusan mengatakan menunggu ? Apa selama 7 tahun
ini aku masih menunggunya ? Ohh tidak, kurasa ini akan jadi penantian sepanjang
usia.
Mengingatmu sama saja membuat hatiku semakin merindukanmu.
Dan, merindukanmu hanya akan menjadi penyebab jatuhnya air mataku. Entah apa
yang harus kulakukan. Hanya terisak dan masih selalu menanti. Menanti untuk kebahagiaan atau justru menanti untuk
kepedihan ? Aku tidak tahu jelas. Yang aku tahu, hanya menantimu. Jelasnya
untuk apa, aku tidak paham pasti. Tujuanku hanya satu, mengasihimu dengan
segala kelebihan dan kekuranganku. Tapi, apa seseorang yang dicintai itu
merasakannya ? Kurasa tidak.
Hal yang paling mengerikan bagiku, adalah mengingat waktu
terus dan terus berjalan dengan cepatnya. Itu sama saja membayangkan kamu dan
dia akan melanjutkan ke hubungan yang lebih serius. Sungguh, aku tak tahu
bagaimana cara menghadapi itu semua. Apakah aku sudah rela dan ikhlas melihat
dengan mata kepalaku sendiri, bahwa dia yang selama bertahun-tahun
kuperjuangkan, akan seutuhnya dimiliki oleh orang lain. Menuliskannya saja sudah
membuat system respirasiku berjalan dengan sesak. Apalagi aku harus benar-benar
melihatnya. Ini gila.
Dan, bagaimana dengan dia ? Apakah hidup dengan seseorang
pilihannya sendiri akan sungguh membuat hidupnya terasa lebih sempurna ?
Pertanyaan bodoh bukan ? Tentu saja iya.
Sayang sekali dia tidak mengetahui bahwa selama 7 tahun belakangan ini, ada
seorang wanita yang masih saja suka merindukannya. Dan tentu saja memiliki
perasaan yang mungkin jauh lebih dalam ketimbang wanita yang ada disisinya saat
ini. Sangat disayangkan.
Bahagia. Itu adalah harapanku untuk hidupmu. Kelak, dengan
siapapun kamu hidup nanti, aku akan terus dan selalu menyelipkan namamu di
dalam setiap pertemuan pribadiku dengan Ia yang empunya Surga. Demi kamu, aku
akan terus bertahan sampai kapanpun. Untuk tetap disini, sambil mencoba
mengobati perih ini sendiri. Aku akan berusaha untuk ikhlas dan rela. Kapanpun
kamu membutuhkanku, kamu boleh datang. Sekalipun tanpa ada balasan perasaan
itu, aku masih disini untuk menantimu.